Pengertian :Puasa secara bahasa adalah menahan diri dari sesuatu.Sedangkan secara termininologi menahan diri pada siang hari dari berbuka dengan di sertai niat berpuasa bagi orang yang telah di wajibkan sejak terbit fajar hinga terbenam matahari.
Rukun puasa : Niat mengerjakan puasa pada tiap-tiap malam di bulan Ramadhan(puasa wajib) atau hari yang hendak berpuasa (puasa sunat). Waktu berniat adalah mulai daripada terbenamnya matahari sehingga terbit fajar.
Meninggalkan sesuatu yang membatalkan puasa mulai terbit fajar sehingga masuk matahari.
Syarat wajib Puasa :
* Beragama Islam.
* Berakal.
* Tidak dalam haid, nifas dan wiladah (melahirkan anak) bagi kaum wanita.
* Hari yang sah berpuasa.
Sunnah Puasa :
* Bersahur walaupun sedikit makanan atau minuman
* Melambatkan bersahur
* Meninggalkan perkataan atau perbuatan keji
* Segera berbuka setelah masuknya waktu berbuka
* Mendahulukan berbuka daripada sembahyang Maghrib
* Berbuka dengan buah tamar, jika tidak ada air putih
* Membaca doa berbuka puasa
Contoh yang membatalkan Puasa:
* Memasukkan sesuatu ke dalam rongga badan
* Muntah dengan sengaja
* Bersetubuh atau mengeluarkan mani dengan sengaja
* kedatangan haid atau nifas
* Melahirkan anak atau keguguran
* Gila walaupun sekejap
* Mabuk ataupun pengsan sepanjang hari
* Murtad atau keluar dari agama islam
Orang yang boleh tidak Puasa :
* Orang yang sedang berhalangan(Mentruansi)
* Orang yang sedang Hamil
Hikmah Puasa :
* Menanamankan perasaan kasabaran
* Menahan hawa nafsu
* Menanamkan kasih sayang
Macam-Macam Puasa :
Puasa Wajib :
1. Puasa bulan Ramadhan
2. Puasa Qadha
3. Puasa kafarat (membayar kafarat)
4. Puasa seorang yang tidak mampu membeli hewan kurban pada haji Tamattu.
Puasa Sunnah :
1. Puasa tiga hari setiap bulan (Hijriyah)
2. Puasa pada hari-hari putih ( tiap tanggal 13, 14 dan 15 Hijriyah)
3. Puasa pada hari al-Ghadir (18 Dzulhijjah)
4. Puasa pada hari lahir Rasululah
5. Puasa pada hari kenabian Rasullullah SWA.(27 Rajab)
6. Puasa pada hari Arafah ( 9 Dhulhijjah )
7. Puasa pada hari Mubahalah (24 Dhulhijjah)
8. Puasa pada hari Kamis dan Jum'at
9. Puasa pada tanggal 1-9 Dhulhijah
10.Puasa pada hari pertama dan ketiga pada bulan Muharram
11.Puasa seluruh hari dalam setahun,kecuali hari-hari yang di haramkan dan dimakruhkan berpuasa di dalamnya.
Pu@s@ Ad@l@h...!!!
RUKYATUL HILAL
Rukyatul Hilal
I. Pendahuluan
i. Mengapa Mengadakan Rukyatul Hilal dan Hisab?
Rukyatul hilal berfungsi sebagai pembuktian dari hisab.Rukyatul hilal dan hisab digunakan untuk menentukan awal bulan ramadhan dengan perhitungan.Secara syar'i itu sah.Apalagi para pengamat itu umumnya orang yang ditokohkan yang tidak diragukan lagi keimanannya dan kejujurannya.Tetapi dari segi kebenaran objek yang dilihatnya apakah benar-benar hilal atau objek terang lainnya, kita masih boleh meragukannya sebelum ada bukti ilmiah yang meyakinkannya.
Bukti ilmiah yang bisa menguatkan kesaksian akan rukyatul hilal antara lain posisi hilal, bentuknya, serta waktu mulai teramati dan terbenamnya. Bukti ilmiah itu bisa diuji kebenarannya dengan rukyat hari-hari berikutnya.
Bagi kalangan yang mempercayai rukyat terpandu hisab, bukti ilmiah itu bisa ditambah dengan hasil hisabnya.Hasil rukyat bisa segera dicocokkan dengan hasil hisabnya.Dengan kriteria hisabnya, kalangan ini bisa menolak kesaksian hilal bila dianggap meragukan.Misalnya, bulan semestinya (menurut hisab yang akurat) telah terbenam tidak mungkin bisa dirukyat.
Perlukah bukti ilmiah itu?Saya berpendapat sangat perlu.Pengamat hilal ternyata banyak juga yang belum memahami hilal dan belum bisa membedakannya dengan objek terang lainnya.Gangguan polusi di ufuk barat bisa menyulitkan pengamatan.Objek terang pada arah pandang saat ini juga bisa beragam.Tidak heran bila sering terjadi perselisihan tentang rukyat.
Di Indonesia setidaknya ada dua kriteria hisab yang dianut. Ada yang berdasarkan kriteria wujudul hilal, asalkan bulan telah wujud di atas ufuk pada saat maghrib sudah dianggap masuk bulan baru. Kriteria ini dipakai oleh Muhammadiyah.Kriteria lainnya adalah imkan ru'yat, berdasarkan perkiraan mungkin tidaknya hilal dirukyat. Kriteria ini digunakan antara lain oleh Persis. Kedua ormas Islam itu sama-sama menggunakan hisab, tanpa perlu menanti rukyat.
Dalil naqli yang mereka gunakan tidak jauh berbeda, yang intinya menganggap hisab bisa menggantikan rukyat.Tetapi penafsiran hasil hisabnya bisa berbeda. Basit Wahid dari Majelis Tarjih Muhammadiyah (PR, Februari 1998) menjelaskan alasan Muhammadiyah mengambil kriteria wujudul hilal sejak 1969, yaitu karena di Indonesia belum ada kriteria yang sahih secara ilmiah bagi imkan rukyat.
Memang, selama ini berdasarkan data kesaksian rukyatul hilal yang dikumpulkan Departemen Agama ketinggian hilal minimum yang berhasil dirukyat adalah dua derajat. Belakangan hal itu digugat sebagai tidak akurat dan tampaknya bukan hasil pengukuran ketinggian melainkan dihitung dengan rumus sederhana: tinggi "hilal" = (beda waktu antara mulai teramati sampai menghilang)/24 jam x 360 derajat. Padahal tidak ada konfirmasi benar tidaknya "hilal" itu, mungkin juga objek terang lain.
Berdasarkan statistik kesaksian hilal di berbagai negara, M. Ilyas dari International Islamic Calendar Program (IICP) telah mempubliksikan temuannya di jurnal astronomi bahwa ketinggian minimal hilal dapat dirukyat adalah 4 derajat.Itu pun bila jarak bulan-matahari cukup jauh. Bila jaraknya dekat, perlu ketinggian 10,5 derajat.
Ada juga penelitian teoritik yang menjelaskan batas minimal visibilitas hilal.Kemampuan mata manusia untuk melihat benda langit terbatas hanya sampai keredupan 8 magnitudo dalam skala astronomi.Kalau pun melihatnya dari antariksa, batas kemampuan mata manusia itu tidak berubah. Dengan kemampuan deteksi mata manusia seperti itu, pada jarak matahari-bulan kurang dari 7 derajat, cahaya hilal tidak akan tampak sama sekali. Bila memperhitungkan faktor-faktor pengganggu di atmosfer bumi, syarat itu bertambah besar.
Perintah operasional puasa dan beridul fitri dalam hadits didasarkan pada rukyatul hilal.Di dalam Alquran walaupun bulan dan matahari disebut sebagai alat untuk perhitungan waktu, tetapi dalam prakteknya, hilal (bulan sabit pertama) yang dijadikan acuan, bukan posisi bulan.Karena orang awam sekali pun bisa menentukan ada tidaknya hilal walaupun tidak mengerti seluk beluk peredaran bulan.
Wujudnya bulan di atas ufuk belum menjamin adanya hilal menurut pandangan manusia.Hilal bisa diperkirakan keberadaannya dengan memperhitungkan kriteria penampakan hilal.
ii. Bagaimana Hubungan Rukyatul Hilal dan Hisab?
Kita tidak cukup hanya dengan menghitung dengan kemampuan kita sendiri saja.Atau dengan melihat hilalnya saja.Tapi, kita harus menggunakan keduanya untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat.Awalnya, kita buat perhitungannya dulu.Baru setelah itu kita melihat hilalnya. Jika antara rukyat dengan hisabnya sama, artinya besok sudah awal bulan ramadhan.Kelebihan dalam menggunakan metode rukyat ketika menentukan awal bulan hijriyah adalah kita telah mengikuti apa yang Rasulullah SAW perintahkan. Selain itu, menggunakan metode rukyat ini akan memberikan keyakinan atas apa yang perukyat lihat berupa pergantian bulan secara langsung.
Adapun salah satu kekurangan dalam menentukan awal bulan hijriyah dengan metode rukyat adalah hasil rukyat tidak dapat digunakan untuk menyusun almanak atau kalender tahunan. Begitu pula hasil rukyat sering diragukan karena dipengaruhi unsur subjektif yaitu adanya perbedaan paham antara suatu ormas dengan ormas lain dan metode rukyat juga tergantung dengan kondisi alam.
Saat ini rukyat umumnya dilakukan dengan menggunakan hisab terlebih dahulu, terutama untuk menetukan waktu, lokasi dan arah rukyat, rukyat juga dijadikan alat untuk membuktikan hasil hisabKelebihan dari menggunakan metode hisab dalam menentukan awal bulan hijriyah adalah keefektifan waktu yang terpakai dan ketepatan hasil hisab karena telah didukung dengan data-data astronomis dan kaidah-kaidah ilmiyah. Apalagi jika ahli hisab memakai metode hisab modern atau kontemporer.Sehingga para ahli hisab tidak perlu repot-repot untuk mempersiapkan alat-alat yang digunakan oleh rukyatul hilal.
Sedangkan kelemahannya terletak saat menggunakan alat hitung yang tidak sempurna sehingga hasilnya dapat berbeda dengan ahli hisab yang lainnya. Selain itu banyaknya macam dalam metode hisab mengakibatkan berbada juga hasilnya, antara lain hisab urfi dengan hasil hisab modern atau kontemporer.
II. Kajian Teori
i. Al-Quran Surat Yasin Ayat 38 – 49 dan Ar-Rahman Ayat 5
Yasin ayat 38 – 49
Ayat 38: Dan matahari berjalan di tempat peredarannya.Demikianlah ketetapan yang maha perkasa lagi maha mengetahui.
Ayat 39:Dan telah kami tetepkan bagi bulan manzilah – manzilah, sehingga (setelah ia sampai pada manzilah yang terakhir), kembalilah dia sebagai bentuk tandan yang tua.
Ayat 40: Tidaklah mungkin matahari mendapatkan bulan dan malam pun tidak dapat mendahului siang.Dan masing – masing beredar pada garis edarnya.
Ayat 41:Dan suatu tanda (kebesaran Allah yang besar) bagi mereka adalah bahwa kami angkut keturunan mereka dalam bahtera yang penuh muatan.
Ayat 42:Dan kami ciptakan untuk mereka yang akan mereka kendarai seperti bahtera itu.
Ayat 43:Dan jika kami kehendaki niscaya akan kami tenggelamkan mereka, maka tidaklah bagi mereka penolong dan tidak pula mereka diselamatkan.
Ayat 44:Tetapi (kami selamatkan mereka) karena rahmat yang besar dari kami dan untuk memberikan kesenangan hidup sampai pada suatu ketika.
Ayat 45:Dan apabila dikatakan pada mereka: ’’Takutlah kamu akan sisksa yang ada di hadapanmu dan siksa yang akan datang supaya kamu mendapat rahmat’’, (supaya mereka berpaling)
Ayat 46: Dan sekali-kali tiada datang kepada mereka suatu tanda dari tanda – tanda kekuasaan tuhan mereka, melainkan mereka selalu berpaling daripadanya.
Ayat 47:Dan apabila dikatakan kepada mereka: ’’Nafkahkanlah sebagian rezeki yang diberikan Allah kepadamu’’, maka orang – orang kafir itu berkata kepada orang – orang beriman: ’’Apakah kami akan memberi makan kepada orang – orang yang tentulah jika Allah menghendaki tentulah dia akan memberinya makan, tiadalah kamu melainkan dalam kesesatan yang nyata’’.
Ayat 48:Dan mereka berkata: ’’Bilakah (terjadinya) janji ini ( hari berbangkit) jika kamu adalah orang – orang yang benar?’’
Ayat 49:Mereka tidak menunggu melainkan satu teriakan saja yang akan membinasakan mereka ketika mereka sedang bertengkar.Ar-rahman ayat 5
Matahari dan bulan (beredar) menurut perhitungan.
ii. Sejarah Perkembangan Ilmu Falaq dan Tokohnya
Dalam khazanah intelektual Islam klasik ilmu falak sering disebut dengan ilmu hisab, miqat, rasd, dan hai'ah.Tak jarang pula disamakan dengan astronomi atau "falak ilmi".Namun dalam perjalanannya ilmu hisab hanya mengkaji persoalan-persoalan ibadah, seperti arah kiblat, waktu salat, awal bulan, dan gerhana. Dr. Yahya Syami dalam bukunya yang berjudul Ilmu Falak Safhat min at-Turats al-Ilmiy al-Arabiy wa al-Islamiy (1997) memetakan sejarah perkembangan ilmu hisab menjadi dua fase, yaitu fase pra-Islam (Mesir Kuno, Mesopotamia, Cina, India, Perancis, dan Yunani) dan fase Islam.
Fase Islam ditandai dengan proses penerjemahan karya-karya monumental dari bangsa Yunani ke dalam bahasa Arab. Karya-karya bangsa Yunani yang sangat mempengaruhi perkembangan hisab di dunia Islam adalah The Sphere in Movement (Al-Kurrah al-Mutaharrikah) karya Antolycus, Ascentions of The Signs (Matali' al-Buruj) karya Aratus, Introduction to Astronomy (Al-Madhkhal ila Ilmi al-Falak) karya Hipparchus, dan Almagesty karya Ptolomeus.
Pada saat itu, kitab-kitab tersebut tak hanya diterjemahkan tetapi ditindaklanjuti melalui penelitian-penelitian dan akhirnya menghasilkan teori-teori baru. Dari sini muncul tokoh falak di kalangan umat Islam yang sangat berpengaruh, yaitu Al-Khwarizmi dengan kitabnya Kitab al-Mukhtashar fi Hisab al-Jabr wa al-Muqabalah. Buku ini sangat mempengaruhi pemikiran cendekiawan–cendekiawan Eropa dan kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Latin oleh Robert Chester pada tahun 535 H/ 1140 M dengan judul Liber algebras et almucabala, dan pada tahun 1247 H/ 1831 M diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Frederic Rosen.
Selain al-Khwarizmi, tokoh-tokoh yang ikut membangun dan mengembangkan ilmu falak, diantaranya Abu Ma'syar al-Falakiy (w. 272 H/ 885 M) menulis kitab yang berjudul Haiatul Falak, Abu Raihan al-Biruni (363-440 H/973-1048 M) dengan kitabnya al-Qanun al-Mas'udi, Nasiruddin at-Tusi (598-673 H/1201-1274 M) dengan karya monumentalnya at-Tadzkirah fi 'Ilmi al-Haiah, dan Muhammad Turghay Ulughbek (797-853 H/1394-1449 M) yang menyusun Zij Sulthani. Karya-karya monumental tersebut sebagian besar masih berupa manuskrip dan kini tersimpan di Ma'had al-Makhtutat al-'Arabiy Kairo-Mesir.
Di Indonesia ilmu falak juga berkembang pesat.Dalam Ensiklopedi Islam Indonesia dinyatakan bahwa ulama yang pertama terkenal sebagai bapak falak Indonesia adalah Syekh Taher Jalaluddin al-Azhari. Namun, berdasarkan data historis sebenarnya selain Syekh Taher Jalaluddin pada masa itu juga ada tokoh-tokoh falak yang sangat berpengaruh, seperti Syekh Ahmad Khatib Minangkabau, Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari, Ahmad Rifa'i, dan K.H. Sholeh Darat.
Selanjutnya perkembangan ilmu falak di Indonesia dipelopori oleh K.H. Ahmad Dahlan dan Jamil Djambek.Kemudian diteruskan oleh anaknya Siraj Dahlan dan Saadoe'ddin Djambek (1330-1398 H/ 1911-1977 M).Diantara murid Saado'eddin yang menjadi tokoh falak adalah H. abdur Rachim. Beliau adalah salah seorang ahl falak Muhammadiyah yang sangat disegani.
iii. Cara Menetapkan 1 Ramadhan Berdasarkan Hisab
iv. Langkah – langkah Melakukan Rukyatul Hilal
Rukyatul hilal atau melihat hilal dilakukan dengan mata telanjang (naked eye) sesuai dengan apa yang pernah dilakukan oleh Rasulullah SAW dan para Sahabatnya. Asal kita tahu tekhnik dan ilmunya, maka rukyat dengan mata telanjang menjadi lebih efektif dibandingkan dengan menggunakan peralatan Bantu optik. Sebab yang paling penting adalah kualitas sumber daya manusianya bukan pada alatnya.
Dalam melakukan metode rukyat untuk melihat hilal, yang paling utama adalah menetapkan medan rukyat yang memenuhi syarat. Yaitu bebas hambatan dan terletak dilokasi yang mengarah ke ufuk mar’i di arah barat. Salah satu medan terbaik adalah lokasi yang menghadap ke laut. Setelah menentukan lokasi, para ahli rukyat membuat rincian tentang arah dan kedudukan matahari serta hilal sesuai dengan hisab bulan disertai peta proyeksi.Setelah itu, mereka harus menentukan letak proyeksi dan memasang alat Bantu guna melokalisasi (menyatu tempatkan) jalur tenggelamnya matahari sesuai dengan peta proyeksi rukyat yang sudah ditentukan.Hal yang paling penting dalam persiapan rukyat adalah menyiapkan logistik untuk mendukung penyelenggaraan rukyat dan juga menghubungi atau mengajak badan pengadilan agama setempat untuk bersama-sama melakukan rukyat.
Yang harus diperhatikan dalam merukyat adalah seorang perukyat yang memenuhi syarat adil dan berpengalaman, adil disini ialah mampu membedakan antara hilal dengan cahaya lain yang terpantul oleh alat optik. Dan juga perukyat harus melakukan observasi dengan penuh konsentrasi beberapa menit sebelum matahari menyentuh ufuk selama waktu rukyat yang diperhitungkan.
Setelah pelaksanaan rukyat selesai, maka perukyat atau badan rukyat harus merumuskan hasil observasi secara lengkap dan ilmiah sesuai keadaan astronomi, memberitahukan dan melaporkan hasil rukyat kepada pihak terkait serta melaporkannya secara resmi kepada pengadilan agama setempat.
v. Hubungan Antara Matahari, Bulan,dan Bumi Terhadap Waktu dan Musim
Kita telah tahu bahwa bumi mengelilingi matahari dan bulan mengelilingi bumi bukan?Waktu edar bumi atau kala revolusi bumi mengelilingi matahari adalah 365 hari atau satu tahun.Sistem revolusi bumi inilah yang menjadi awal mulanya kalender masehi.Satu kali bumi berotasi pada porosnya, membutuhkan waktu 24 jam atau 1 hari. Bumi yang berotasi mempengaruhi waktu.Misalnya karena rotasi bumi menyebabkan pembagian daerah waktu seperti WIB, WITA dan WIT untuk daerah tertentu.Sedangkan revolusi bumi menyebabkan pergantian musim di dunia.Daerah bagian utara dan selatan bumi ada 4 macam musim yaitu musim semi, gugur, panas, dan salju.Sedangkan di khatulistiwa hanya ada 2 macam musim.Hal itu terjadi karena daerah bagian utara dan selatan bumi tidak setiap waktu bisa bertemu matahari, karena sambil berotasi, bumi juga miring 23 ½ 0.
Bulan sebagai satelit bumi berputar pada porosnya. Waktu yang digunakan bulan untuk berputar pada porosnya sama dengan waktu untuk bulan mengelilingi bumi. Bulan mengelilingi bumi dengan arah yang berlawanan dengan arah jarum jam pada orbit yang berbentuk elips. Bulan mengelilingi bumi selama 29,5 hari atau satu bulan. Kemudian bumi dan bulan bersama-sama mengelilingi matahari selama 365,25 hari atau satu tahun.sistem revolusi bumi menjadi dasar penanggalan hijriah.
vi. Pembagian Waktu
Indonesia terbagi atas 3 daerah waktu yang berbeda yaitu WIB (Waktu Indonesia bagian Barat), WITA (Waktu Indonesia bagian Tengah),dan WIT (Waktu Indonesia bagian Timur).Setiap 150 bujur bumi memiliki beda waktu satu jam.
Berikut ini adalah wilayah untuk masing-masing zona waktu :
- Waktu Indonesia Bagian Barat (1050Bujur Timur) : Sumatera, Jawa, Madura dan Kalimantan barat.
- Waktu Indonesia Bagian Tengah (1200 Bujur Timur) : Bali, Nusa tenggara barat, Nusa tenggara timur, Sulawesi, Kalimantan selatan, kalimantan tengah, kalimantan timur.
- Waktu Indonesia Bagian Timur (1350 Bujur Timur) : Maluku dan Papua.
Jika pembagian waktu di dunia,menggunakan GMT atau Greenwich Mean Time.Indonesia memiliki selisih waktu 7 jam untuk bagian barat dengan GMT.8 jam untuk bagian tengah, dan 9 jam untuk bagian timur.
III. Metode
a. Observasi
Tahun ini, hilal tidak terlihat di WBL.Tapi di Gresik, katanya terlihat.Menurut teori, hilal muncul 20 di atas ketinggian air laut.Hilal muncul sekitar 2 – 3 menit.Biasanya Hilal muncul di tempat bekas terbenamnya matahari.Hilal di WBL tidak terlihat karena ada awan hitam yang menaunginya.
b. Wawancara
c. Pengambilan Sampel
Merekam saat munculnya hilal dan foto posisi hilal.
IV. Pembahasan
a. Mengapa Terjadi Perselisihan Antara Hisab dan Rukyat?
Dalam menentukan awal bulan hijriyah, umat Islam khususnya ahli hisab rukyat sering mengalami perbadaan.Tentu hal ini terjadi akibat berbedanya persepsi mengenai criteria hilal antara hisab dengan rukyat. Sebab peresepsi yang berbeda mengenai hilal akan menyalahi hasil perhitungan yang lain. Sebagai contoh, persis yang menggunakan Kriteria imkanurrukyat akan berbeda dengan ormas yang menggunakan wujudul hilal.
Selain berbedanya persepsi mengenai hilal, perbedaan ini terjadi karena adanya kepentingan masing-masing agar dapat membedakan antara suatu ormas dengan ormas yang lain.
b. Apa dampak yang terjadi di masyarakat akibat terjadinya perbedaan pendapat dalam menentukan awal bulan Ramadhan?
Perbedaan pendapat tentang hisab rukyat serta implikasinya telah menyita banyak energi umat Islam.Sehingga persoalan ijtihad ini sangat berpotensi merusak ukhwah islamiyah. Meskipun dari ijtihadiyah tersebut, apabila tepat perhitungannya akanmendapatkan dua pahala tetapi bila keliru dan kurang tepat akan mendapatkan satu pahala saja. Sedangkan kita mengetahui, bahwa tidak ada kebenaran mutlak atas pendapat ijtihadiyah yang sifatnya terkadang temporal (dalm jangka waktu tertentu) bisa juga bersifat situasional (dalam kondisi tertentu).Sehingga, kadang masyarakat di bingungkan dengan perdebatan tersebut. Akhirnya, masyarakat terpecah.Yang satu mengikuti ormas satu sedangkan yang lainnya ikut ormas yang lain.
Akan tetapi bagi kalangan pedagang, perbedaan hari dalam melaksanakan puasa, haji khususnya berhari raya dijadikan keuntungan bagi tambahan barang dagangannya.Sebab mereka mendapatkan dua atau tiga hari barhari raya.
c. Bagaimana sikap kita dalam melihat perbedaan tersebut?
Salah satu usaha untuk menyelesaikan permasalahan mengenai hasil hisab dan rukyat yang terjadi saat ini tiada lain adanya peran pemerintahan yang dapat menyatukan ummat. Serta harus adanya keseragaman mengenai definisi hilal yang selalu menjadi faktor pembedanya. Hilal harus di definisikan mulai dari metode sederhana dengan merukyat tanpa alat bantu sampai dengan menggunakan alat canggih hasil tekhnologi terbaru, hilal juga harus terdefinisikan dalam kriteria hisab secara klasik maupun secara modern.
Adapun pengertian hilal menurut kesepakatan badan hisab-rukyat Indonesia yang penulis kutip dari artikel T. Djamaludin (2005) yaitu : “Bulan sabit pertama yang teramati di ufuk barat sesaat setelah matahari terbanam, tampak sebagai goresan garis cahaya yang tipis dan bila menggunakan teleskop dengan pemroses citra bias tampak sebagai garis cahaya tipis ditepi bulatan bulan yang mengarah ke matahari”.
d. Hubungan Antara Sudut Derajat Dengan Posisi Matahari dan Bulan Terhadap Pembagian Waktu
Ketika bumi bergerak mengitari matahari di bidang Ekliptika, bumi juga sekaligus berotasi terhadap sumbunya.Penting untuk diketahui, sumbu rotasi bumi tidak sejajar dengan sumbu bidang ekliptika. Atau dengan kata lain, bidang ekuator tidak sejajar dengan bidang ekliptika, tetapi membentuk sudut kemiringan (epsilon) sebesar kira-kira 23,5 derajat. Sudut kemiringan ini sebenarnya tidak bernilai konstan sepanjang waktu.Nilainya semakin lama semakin mengecil. Masalah ini Insya Allah akan dibahas pada kesempatan lain.
* Pusat koordinat: Bumi
* Bidang datar referensi: Bidang ekuator, yaitu bidang datar yang mengiris bumi menjadi dua bagian melewati garis khatulistiwa
* Koordinat:
· jarak benda langit ke bumi.
· Alpha = Right Ascension = Sudut antara VE dengan proyeksi benda langit pada bidang ekuator, dengan arah berlawanan jarum jam. Biasanya Alpha bukan dinyatakan dalam satuan derajat, tetapi jam (hour disingkat h). Satu putaran penuh = 360 derajat = 24 jam = 24 h. Karena itu jika Alpha dinyatakan dalam derajat, maka bagilah dengan 12 untuk memperoleh satuan derajat. Titik VE menunjukkan 0 h.
· Delta = Declination (Deklinasi) = Sudut antara garis hubung benda langit-bumi dengan bidang ekliptika.Nilainya mulai dari -90 derajat (selatan) hingga 90 derajat (utara). Pada bidang ekuator, deklinasi = 0 derajat.
Seringkali, Alpha (right ascension) dinyatakan dalam bentuk H (hour angle). Hubungan antara Alpha dengan H adalah H = LST - Alpha.
Disini, LST adalah Local Sidereal Time, yang sudah penulis bahas sebelumnya pada tulisan tentang Macam-Macam Waktu
V. Penutup
a. Kesimpulan
Rukyatul hilal dan hisab adalah suatu pedoman untuk memulai awal bulan ramadhan.Pertama, kita buat pehitungannya dulu. Kemudian, di cocokkan dengan realita yang ada.Jika ada salah satu yang tidak sama, maka kita bisa melihat hasil hitungan ormas yang lain. Dengan begitu, kita bisa menentukan awal ramadhan dengan lebih akurat lagi.
Namun, di WBL kali ini hilal tidak terlihat.di tempat lain mungkin terlihat. Maka dari itu pemerintah membuat markas pengamatan hilal di banyak tempat tersebar di seluruh Indonesia.Agar jika salah satu tempat tidak terlihat, di daerah lain bisa terlihat.Jika di semua tempat tak terlihat, kita harus menggenapkannya atau menyempurnakannya menjadi 30 hari di bulan sya’ban.
b. Saran dan Kritik Sebagai Solusi Permasalahan Yang Ada
Saran saya, pemerintah menjadikan ormas islam tersebut bersatu sehingga, tidak ada perselisihan tentang rukyat dan hisab. Bukannya malah berdiri lagi sendiri.Pemerintah menyeragamkan hari awal ramadhan dan hari raya dan sesama ormas harus saling menghormati ormas yang lain.jika terus berselisih masyarakat akan menjadi bingung dengan ormas – ormas yang ada.